Eksotisme Pulau Banyak


Sekitar bulan Juli, saya berkesempatan mendapat tugas ke daerah Aceh Singkil. Sebelum tugas 'negara' selesai dilakukan, saya dan beberapa rekan sudah berekspektasi untuk berlibur ke Pulau Banyak. Pulau Banyak merupakan salah satu kecamatan yang ada di daerah Singkil. Keinginan untuk berlibur ke Pulau Banyak membuat semangat kami menggebu-gebu untuk menyelesaikan tugas secepat mungkin. Jika tidak, kesempatan berlibur akan hilang karena ada tugas selanjutnya yang harus dilakukan dalam waktu terdekat. Setelah dua minggu, akhirnya kami berhasil menyelesaikan tugas. Rencana liburan pun segera diwujudkan. Finallyyyy, liburan kali ini bukan sekedar wacana.

Kami berangkat ke Pulau Banyak pada hari senin. Tidak satu pun dari kami yang pernah berkunjung ke pulau tersebut, hanya bermodal nekat. Untuk mencapai Pulau Banyak, kendaraan satu-satunya yang digunakan yaitu melalui laut, ada kapal penumpang, kapal ferry, atau pun speadboat. Masing-masing alat transportasi memiliki harga yang berbeda. Kami sendiri memilih untuk menggunakan kapal penumpang, karena memang kapal ini tersedia pagi hari dan sesuai dengan kantong kami yang backpackeran. Biaya yang dibutuhkan untuk menyeberang adalah sekitar Rp. 25.000,- dengan waktu tempuh selama 4 jam. Diperjalanan menuju pulau Banyak, kami satu kapal dengan beberapa turis asing dari Jerman yang juga ingin berlibur ke Pulau Banyak.


Kapal yang kami tumpangi pun akhirnya menepi ke bagan yang ada di Pulau Balai, salah satu pulau yang ada di Pulau Banyak. Menurut pengakuan salah satu warga lokal yang satu kapal dengan kami, Pulau Banyak menawarkan banyak pilihan wisata, seperti snorkling, surfing, dan sekarang sudah ada kelas diving. Atau jika hanya ingin menikmati keindahan lautnya, maka Pulau ini akan memanjakan mata kita sejauh apapun memandang. Laut yang terbentang dengan berbagai warna bisa menyihir dan membebaskan pikiran kita sejenak.

Menanti pagi di teras penginapan

Setelah berdiskusi, kami pun memutuskan untuk memilih penginapan yang tepat ada di bagan pemberhentian kapal. Biaya perkamarnya Rp.60.000,- / malam dengan fasilitas kipas angin. Udah harga pas. Proses check-in selesai, kami pun memulai petualangan. Untuk berkunjung dari satu pulau ke pulau lainnya, kami menyewa satu kapal. Kami sudah berusaha mencari pengunjung lain yang mungkin bisa menyewa kapal barengan, demi penghematan. Tapi, karena bukan musim liburan dan hari senin pula, tidak banyak pengunjung yang datang. Akhirnya kami bertiga 'berkorban' lebih banyak demi bisa mencicipi keindahan gugusan pulau di Pulau Banyak. Ditemani Bang Doni, sang penakluk laut, kami berkeliling mengunjungi beberapa tempat yang menjadi swafoto para pengunjung, seperti menara mercusuar yang menjadi ikon terletak di Pulau Rangit, selanjutnya melihat keindahan Pulau Panjang  dan terakhir menunggu momen matahari terbenam di Pulau Baguk.

Pemandangan dari teras penginapan


Menara Mercusuar 


Melihat sunset dari atas sampan di Pulau Baguk


FYI, Pulau Banyak memiliki lebih dari 90 gugusan pulau. Namun, hanya 8 pulau yang dihuni oleh penduduk. Tentunya hanya segelintir pulau yang bisa kami kunjungi, mengingat terkendala waktu dan juga biaya. Jika ingin mendapatkan sensasi berlibur yang lebih apik, memilih Pulau Sikandang sebagai tempat menetap merupakan pilihan yang tepat. Turis asing biasanya lebih memilih tinggal di pulau ini, karena bentuk penginapannya yang sederhana dan dibuat khusus untuk penginapan para pengunjung. Bahkan penginapan di pulau ini tidak menyediakan listrik saat malam hari. Hal sederhana seperti itu lah yang memang banyak disukai oleh turis asing. Namun perlu merogoh kocek yang sangat dalam jika memutuskan untuk menetap di Pulau Sikandang ini.

Pemandangan dari atas Mercusuar

Pulau Sikandang

Esok harinya, kami sudah mendapatkan partner untuk berpetualang bersama. Ada tiga orang laki-laki berbadan cukup besar yang juga ikut trip kali ini. Berbeda dengan kami, mereka lebih memilih berkemah dipinggiran pulau dari pada menyewa kamar. Tujuan kali ini adalah snorkling. Di Pulau Balai sudah tersedia penyewaan alat snorkling dengan harga sekitar Rp. 100.000,- untuk paket lengkap. Namun sayangnya, kami tidak mendapatkan penyewaan kamera under water. Akhirnya kami hanya mengabadikan momen bawah laut dengan sapuan mata. Sangat indah. Wajib untuk dicoba. Setelah berlelah melihat keindahan bawah laut, kami kembali ke penginapan.

Spot untuk snorkling

Nah, satu hal yang harus diingat, karena dibeberapa pulau yang akan dikunjungi tidak ada tempat jualan, jadi pengunjung harus bawa bekal sendiri untuk persiapan makan selama di pulau (termasuk di spot snorkling). Sore harinya kami berkeliling melihat aktifitas masyarakat Pulau Balai sambil menuju ke arah jembatan panjang yang masih dalam proses pembangunan. Jembatan ini menghubungkan Pulau Balai dan Pulau diseberangnya (lupa nama pulaunya hahaa). Kami juga berharap dapat menikmati indahnya matahari terbenam dari atas jembatan ini. Meskipun tidak seindah pada hari pertama, tapi kami tetap bisa menikmati momen tersebut.

 Jembatan penghubung antar Pulau Balai dan Pulau Tetangga


Saat malam menyapa, kami dan rekan petualang baru kami memutuskan untuk membuat acara bakar ikan. Salah satu ikannya merupakan hasil tangkapan Bang Doni selama diperjalanan pulang. Masih sangat segar dan tentu saja dagingnya sangat nikmat, meskipun dengan bumbu seadanya.

Keesokan harinya, kami bertolak ke Singkil. Kembali melakukan aktifitas dan menyapa tugas yang sudah menanti. Kami pun berpisah dengan rekan baru kami di Singkil, yang ternyata salah satunya tinggal tidak jauh dari tempat kami nge-kos. Sebelum meninggalkan Pulau Balai, kami disuguhkan dengan aktifitas masyarakat Pulau Balai dengan hasil tangkapannya.




Jadi, kapan kamu akan bertandang ke Pulau Banyak dan menikmati setiap keindahan lautnya? J










Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Suka Duka Menjadi Asisten Peneliti

Dear Zindagi