#6. Hujan dan Sebuah Memori
Beberapa jam yang lalu matahari bersinar sangat cerah. Windu sempat melihat telepon genggamnya untuk memastikan suhu saat itu. Tertera di layar angka 32 sebagai perhitungan suhu. Cuaca hari ini cukup jadi alasan untuk bermalas-malasan di ruang kelas. Tanpa diduga, hujan datang. Mengguyur bumi dengan sangat deras. Terlihat orang berlarian mencari tempat untuk berteduh. Beberapa diantaranya bahkan mengutuk langit karena telah menurunkan hujan hingga membuat baju kesayangan basah kuyup. Cuaca memang sangat sulit untuk ditebak. Windu terduduk di depan ruang kelas. Matanya menatap lurus ke depan. Menerawang jauh ke masa yang menyimpan berjuta memori. Hujan memang suka membawa pikiran berkelana ke ruang memori. Hujan juga yang membuat Windu punya memori unik. "Cantiiiiik. Ayo masuk! Hujan nih," seorang berteriak dari dalam rumah sambil menggerakkan tangannya. Isyarat agar lawan bicaranya menuruti perintah. Namun lawannya tak bergeming. Tak menghiraukan perkataan lelaki bertubuh