#7. Potongan Masa Lalu

Di sudut lorong bangunan serba putih dengan aroma khasnya terlihat Windu terbaring lemas. Selang oksigen melekat pasti di lobang hidungnya. Tak lupa juga selang infus yang meliuk-liuk menuju pergelangannya. Di ruangan berukuran 3x4 itu ada Zahra, Dewi, dan Silly yang menunggu Windu.

"Winduuuu," sapa Dewi sesaat setelah melihat Windu membukakan matanya perlahan-lahan. Ia sudah mengenali suara itu, meskipun belum sepenuhnya terlihat. Windu menatap ketiga temannya, lalu tersenyum.

"Kamu kenapa? Kok bisa tiba-tiba pingsan? Kami khawatir loh," Silly menunjukkan mimik sedih dan cemas akan keadaan Windu.

"Aku gak papa kok. Mungkin terlalu capek. Kan tugas lagi banyak-banyaknya," Windu menjawab sambil tersenyum. Lalu ia menerawang, mencoba mengingat kronologis sebelum ia pingsan.

☆☆☆

"Dua hari yang lalu saya pingsan mendadak," ucap Windu pada seseorang di depannya.

"Kenapa?"

"Saya tidak tahu. Sepertinya saat itu saya baik-baik saja. Saya juga sudah makan dengan teratur. Tiba-tiba saja saya pingsan."

"Apa yang kamu pikirkan saat itu?"

"Waktu itu sedang hujan," jawab Windu.

"Ada apa dengan hujan?"

"Saya dibawa hujan berkelana ke masa lalu," Windu menatap wajah wanita yang kali ini juga mengenakan blazer biru muda.

"Lalu?"

"Seketika kepala saya terasa sakit. Mau pecah."

"Kalau boleh tahu, kenapa?"

"Ada suara-suara aneh. Mereka berteriak di telinga saya. Saya tidak suka. Saya benci," ekspresi Windu berubah. Matanya terbuka lebih lebar dari sebelumnya.

"Ceritakan lebih lanjut agar saya bisa memahamimu," ucap wanita di hadapan Windu dengan tatapan meneduhkan.

Windu melanjutkan ceritanya. Sesekali ia berhenti bercerita, lalu menyeka bulir yang jatuh dari sudut mata. Di dalam ruang di ujung lorong itu, ia bercerita tentang masa lalunya.

☆☆☆


Tanjungbalai, 05 Januari 2017

Ditulis untuk memenuhi #30DaysWritingChallenge #2

☆☆☆

Baca episode sebelumnya di sini:
Episode #1: Selimut Tua
Episode #2: Peramal
Episode #3: Pengamat
Episode #4: Jurnal Harian
Episode #5: Ruang di Ujung Lorong
Episode #6: Hujan dan Sebuah Memori

Comments

Popular posts from this blog

Eksotisme Pulau Banyak

Suka Duka Menjadi Asisten Peneliti

Dear Zindagi