Kisah Lama Yang Belum Usai

Adit menatap lumat lawan bicaranya. Terlihat mengatupkan kedua tangannya. Badannya tegak berdiri. Raut muka tegang menunggu perkataan dari seseorang yang duduk di hadapannya.

"Kamu apa kabar?" Lawannya membuka percakapan terlebih dahulu. Mencoba mencairkan suasana.

"Baik. Kamu gimana?" Adit melonggarkan katupan tangannya

"Sangat baik" perempuan itu membentangkan kedua tangannya sambil memberikan senyuman menawannya. Mengisyaratkan Ia memang dalam kondisi yang sangat baik.

"Sepertinya kamu sangat bahagia?"

"Apa yang harus dikhawatirkan? Aku bahagia" jawab perempuan berjilbab ungu itu

"Bahkan setelah perpisahan kita?" Tanya Adit penasaran.

"Syukur lah kalau kamu bahagia. Karena aku tidak pernah bisa bahagia setelah berpisah denganmu" mimik wajah Adit berubah drastis.

"Kamu masih ingatkan alasan aku minta putus waktu itu?" Perempuan itu menatap dengan tatapan yang meneduhkan.

"Yang ku tahu kamu punya seseorang yang mampu membuatmu nyaman" Adit menerawang jauh. Mencoba mengingat potongan memori masa lalunya.

"Haaahh? Kata siapa? Aku gak pernah seperti yang kamu pikirkan" tatapan matanya berubah. Matanya terbuka lebar. Tak percaya dengan ucapan Adit yang baru didengarnya.

"Tidak seperti itu kah? Selama ini itu yang aku yakini" Adit menunduk malu.

"Tidak. Berarti selama ini kamu telah meyakini hal yang salah. Mungkin itu alasan selama ini kamu tidak bisa bahagia" perempuan itu berkata jelas. Menusuk hati Adit.

"Baiklah. Maafkan aku karena berpikir yang tidak-tidak tentang kamu. Bisakah saat ini kita mulai lagi dari awal?" Tatapan Adit penuh harap.

"Maksudmu?" Perempuan itu bingung

"Setelah bersamamu, aku tidak pernah menemui wanita lain. Kamu masih tetap menghiasi hatiku. Kenangan masa lalu bersamamu masih setia menemani hari-hariku. Aku ingin kita melanjutkan lagi kisah yang tertunda itu. Bisakah?" Adit mengatur nafas agar tidak mengucapkan kata yang salah.

"Maafkan aku Dit. Jika saat ini kamu meminta aku jadi pacarmu, aku dengan tegas menolaknya" perempuan itu menatap Adit serius.

"Aku tidak lagi dalam usia ingin berpacaran"

"Seperti katamu, dulu kamu juga selalu menghiasi hariku. Bayangan wajahmu menemani tidurku. Senyum simpulmu menjadi penawar rindu ini." Perkataan perempuan itu seketika membuat posisi badan Adit mengendur.

"Tapi aku akan mempertimbangkan jika kamu memintaku untuk hal yang lebih jauh ke depan"

"Maakks..." Adit terganga. Sedikit tak percaya dengan ucapan yang baru didengarnya dan langsung menangkap maksud perkataan perempuan tersebut.

"Ellis. Aku ingin kamu menemani sisa hidupku. Berjuang bersama dalam senang maupun susah. Maukah kamu?" Raut Adit terlihat berbeda dari sebelumnya. Kedua sisi bibirnya terangkat. Matanya seolah berbicara bahwa Ia bahagia.

"Adit. Datanglah ke rumah. Temui Ibuku. Dia akan senang menyambutmu" jawab Ellis dengan senyuman yang tak terkira indahnya.

"Aku tunggu di rumah. Jangan terlalu lama" Ellis berlalu dari hadapan Adit. Menuju parkiran yang letaknya tak jauh dari posisi mereka duduk.




Medan.
Ellis dan Adit. Kisah lama yang sipersatukan kembali.

Comments

Popular posts from this blog

Eksotisme Pulau Banyak

Suka Duka Menjadi Asisten Peneliti

Dear Zindagi