Mimpi di Tahun 2024

Waktu kamu kecil, pasti sering dapat pertanyaan tentang cita-cita.
Aku juga.
"Icha, kalau sudah besar mau jadi apa?"

Jawabannya selalu berubah. Dari mulai spiderman, wonder woman, dokter, guru, hingga sekarang mau jadi dosen, penulis, dan peneliti. Mungkin aku terlalu plin plan? Bisa jadi.
Aku ingat, dulu pernah mengikat kain sarung di leher terus manjat di tembok rumah. Sambil memajukan tangan ke depan, aku melompat ke bawah laksana sang hero. Untungnya kain itu tidak tersangkut di leher. Itu saat aku ingin jadi tokoh heroik seperti di film.

Aku juga ingat pernah lomba balap sepeda sama abah ku. Waktu itu garis start di depan rumah kami. Yang mencapai finish lebih dulu akan jadi pemenangnya. Aku mengayuh sepeda dengan semangat penuh. Sepeda yang lumayan tinggi. Jika aku duduk dan menjulurkan kaki ke bawah, cuma jempol lah yang bisa menyentuh tanah. Dengan semangat menggebu dan gaya pembalap profesional, aku meliuk-liukkan sepeda ke kiri kanan. Mencoba menghalangi jalan abahku. Hingga naas, ternyata ada pohon melintang di depan jalan yang aku pilih. Jadi lah akhirnya roda sepedaku berada di atas. Untungnya aku berhasil melompat tanpa luka segores pun. Sepertinya saat itu aku ingin jadi pembalap sepeda.

Ada juga ingatan lain tentang aku yang ingin menjadi ilmuwan. Dengan fokusnya mengikuti olimpiade matematika yang hanya bisa sampai tingkat kecamatan. Itu pun sudah cukup membuatku senang dan berjingkrak riang sambil berlari membawa piala pulang ke rumah.

Atau saat aku ingin jadi pianis yang piawai memainkan jemarinya. Aku menconteknya dari Ayahku. Yang dulu setiap minggu pagi selalu menghibur kami dengan alunan musiknya. Terkadang juga dari petikan gitar. Tapi apa daya, aku hanya bisa memainkan lagu cicak-cicak di dinding dan lagu selamat ulang tahun.

Kalau saat ini aku ditanya, 7 tahun lagi mau akan seperti apa, aku juga tak tahu. Toh aku bukan peramal masa depan. 
Tapi kalau kamu bertanya 7 tahun lagi aku ingin seperti apa, tentu banyak jawaban yang melintas di kepala.

Sepertinya 7 tahun lagi aku sudah punya anak. Satu pun tak masalah. Yang mirip dengan ayahnya kalau bisa. Jadi saat ayahnya jauh, ada pengobat rindu di sampingku. Ku harap di masa itu aku bisa membawa anakku jalan-jalan tanpa perlu rasa khawatir berlebihan. Pastinya ditemani dengan ayahnya. Apa kamu ingin jadi ayah anak-anakku kelak? Hmm..

7 tahun lagi di tahun 2024, aku sudah menjadi dosen yang disenangi mahasiswanya. Mungkin aku akan jadi dosen tegas yang sedikit kejam saat di kelas, tapi menyenangkan saat di luar kelas. Kamu tak usah takut jadi mahasiswaku. Aku tidak akan mungkin menelanmu hidup-hidup. Jijik. Lagian apa enaknya daging mu? Pasti lebih enak daging ayam.

7 tahun lagi aku berharap sudah bisa menerbitkan buku. Buku yang ditulis tidak dengan keroyokan. Buku tulisanku yang kelak juga akan ku bacakan pada anak-anakku. Lalu mereka dengan polosnya bertepuk tangan riang sambil bersorak "mama kereeen, aku sayang mamaaa"

7 tahun lagi aku ingin rumah singgah yang ku impikan sudah berdiri kokoh. Rumah singgah untuk anak kurang beruntung dalam hidupnya. Sehingga dengan begitu, ia akan merasa menjadi lebih beruntung.

Kalau boleh memilih, aku ingin 7 tahun lagi sudah dalam masa studi untuk melanjutkan sekolah tinggi jenjang ke tiga. 
Ahh yang pasti, 7 tahun lagi aku ingin sudah memiliki keluarga kecilku. Kan ku bawa Ibu bersamaku, jika para abah dan adikku tak keberatan.

Dear kamu si masa depan. Baik baik lah. Aku akan datang menjemputmu 7 tahun lagi. Aku ingin kita bekerja sama untuk bisa mewujudkan mimpi sempurna di tahun 2024 itu. Sampai jumpa di tahun 2024.



Tanjungbalai.
Dengan mata lelah dan hampir terpejam.

Comments

Popular posts from this blog

Eksotisme Pulau Banyak

Suka Duka Menjadi Asisten Peneliti

Dear Zindagi