#5. Ruang di Ujung Lorong

"Jadi relawan itu buat candu"


Kalimat itu terngiang di telinga Windu. Zahra yang mengucapkannya. Windu dan Zahra sering berbeda pendapat. Bahkan mereka pernah berdebat tentang larangan menjemur pakaian di depan pintu. Windu meyakini hal itu tidak boleh sebagai hasil pengajaran dari ibunya. Tapi Zahra tak setuju. Baginya sah-sah saja. Terlebih saat tak ada lagi tempat yang bisa dipakai untuk menjemur. Terkadang Windu memang kaku dengan hal seperti ini. Namun, untuk urusan menjadi relawan, mereka punya pemikiran yang sama.

Sejak acara di desa sebulan lalu, Windu jadi sering terlibat dengan kegiatan relawan. Ia tak lagi harus menunggu Zahra jika ingin mengikuti kegiatan di Rumah Cita. Bahkan sekarang Windu sudah jadi relawan tetap. Rumah Cita jadi tempat pelariannya saat tugas kampus berusaha memecahkan kepala. Anak-anak di Rumah Cita memberikan pelajaran berbeda untuk Windu.

"Bagaimana perasaanmu?" Tanya wanita dewasa itu dengan tatapan menghangatkan di suatu pagi.

"Begini lah. Ibu bisa lihat sendiri," jawab Windu.

"Apa kegiatan relawannya menyenangkan?" Ibu itu bertanya lagi. Windu menjawab balik. Begitu lah pertemuan mereka. Bagi Windu seperti interogasi. Mungkin Windu belum juga mengerti maksud wanita itu.

"Terima kasih karena sudah menyuruh saya untuk terlibat di kegiatan sosial. Saya menyukainya," Windu berucap dengan tatapan berseri. Wanita itu menganggukkan kepalanya. Diiringi senyuman. Meskipun orang lain memberi gelar wanita itu sebagai wanita paling menakutkan, tetapi Windu menganggapnya sebagai wanita dengan senyuman paling meneduhkan. Namun Windu tak akan pernah mengucapkannya. Ia terlalu gengsi.

☆☆☆

"Kok sering ke ruangan Bu Sasi? Ngapain?" Tanya Silly saat melihat Windu keluar dari ruangan yang ada di paling ujung lorong.

"Apa yang dilakukan mahasiswa saat berjumpa dengan dosennya?" Windu menjawab pertanyaan Silly dengan pertanyaan. Silly tak paham. Namun Windu sudah berlalu. Meninggalkan Silly yang belum mencerna lumat perkataan Windu. Wanita itu memang dosen mereka. Semester ini wanita dewasa itu mengajarkan mata kuliah Perkembangan. Silly seperti mahasiswa lainnya, takut berhadapan dengan wanita dewasa itu.

Tak berapa lama wanita dewasa itu keluar dari ruangannya. Tak ingin terlihat dosennya, Silly bergegas mengejar Windu. Masih dengan rasa penasaran tentang Windu yang sering berkunjung ke ruangan di ujung lorong itu.

☆☆☆

Tanjungbalai, 25 Desember 2017
Ditulis untuk memenuhi #30DaysWritingChallenge #2

☆☆☆

Baca episode sebelumnya di sini:
Episode #1: Selimut Tua
Episode #2: Peramal
Episode #3: Pengamat
Episode #4: Jurnal Harian

Comments

Popular posts from this blog

Eksotisme Pulau Banyak

Suka Duka Menjadi Asisten Peneliti

Dear Zindagi