Cerita Setahun Yang Lalu

Semua hal dalam kehidupan ini diciptakan berpasang-pasangan. Ketika ada hal yang membuat kamu bahagia, maka ada juga hal yang membuat kamu bersedih. Disaat ada hal yang membuat kamu begitu semangat, maka ada hal yang membuat semangatmu jatuh. Begitu juga ketika ada hal yang membuat kamu puas, maka ada hal yang akan membuat kamu kecewa.

Cerita kali ini tentang momen yang membuatku puas. Sebenarnya kita tidak boleh terlalu puas. Takutnya malah jadi sombong. Tapi kali ini aku bercerita bukan untuk menyombongkan diri. Cerita ini hanya untuk berbagi padamu. Jika menurutmu bermanfaat, ambil lah yang bermanfaat itu. Tapi jika menurutmu sia-sia, jangan ambil apa pun.

Salah satu momen yang paling membuat aku puas adalah ketika bisa menyelesaikan pendidikan tinggi. Hal ini memang sangat membuatku puas. Jujur, sebelum mendapatkan kepuasan itu, ada begitu banyak kekecewaan yang aku dapatkan. Mulai dari terlambat acc judul, tidak bisa naik seminar proposal sesuai target, jadwal konsul dengan penguji yang mundur lebih sebulan karena beliau pra jabatan dan beliau harus opname saat sudah selesai prajab, hingga ujungnya aku harus berlapang dada saat melihat beberapa temanku mengenakan toga lebih dulu dan aku tidak bisa lulus dengan gelar cumlaude seperti yang ku rencanakan. 

Kekecewaan yang bertubi-tubi. 

Namun saat itu, berbagai kekecewaan yang ku sebutkan tidak satu pun yang mampu menumpahkan air mataku. Bahkan ketika banyak temanku yang angkat topi karena aku bisa melalui bimbingan dengan dosen yang banyak ditakuti mahasiswa karena ketegasan dan perfeksionisnya. Itu tidak pernah menggoyahkanku. Lalu aku tiba di titik terendah. Titik yang penuh dengan tekanan. Aku tidak pernah membayangkan akan tetap kuliah di semester 10. Jadi aku harus berjuang mati-matian di semester 9 tersebut. Ketika itu batas daftar sidang sudah sangat mepet. Hal yang berbau skripsi sudah sangat ku persiapkan. Tapi ada satu hal yang luput dari perkiraanku. Yaitu nilai TOEFL. Ternyata aku belum benar-benar mempersiapkan itu. Ini lah momen yang membuatku sangat jatuh. Tekanannya semakin berat ketika aku diminta menyerah dan harus rela sidang bulan depan. Yang artinya aku harus masuk di semester 10. Hal yang tidak ingin aku bayangkan sama sekali.

Tepatnya bulan desember. Setahun yang lalu adalah bulan yang paling banyak menumpahkan air mataku. Di kamar, di kampus, bahkan di jalanan hatiku memaksa untuk menumpahkan air mata. Diperjalanan dari kampus ke kosan, aku menangis sejadinya di atas motor. Pertama kalinya bagiku. Sesampainya di kosan, air mataku belum habis. Aku tetap menangis. Semakin kuat. Bersyukurnya tidak ada orang di kosan. Jadi aku bisa menangis sepuasnya, karena aku sangat malu jika harus memangis di depan orang lain.

Waktu itu aku habiskan semua kekecewaan yang menumpuk di hati. Aku tumpahkan semua air mata. Hingga aku lelah dan mata ini tertutup. Tapi aku sudah puas. Saat bangun dari tidur yang melelahkan itu, aku meyakinkan diri harus bisa melalui masalahku. Masalahku memang besar, tapi aku punya Tuhan yang jauh lebih besar. Aku meminta pertolongan Tuhan. Mengadukan pada Nya semua kekecewaanku. Meminta Nya untuk memberikan kekuatan padaku agar bisa menahan beban yang sangat penuh tekanan.

Tuhan memang sangat baik hati. Dia mengulurkan kebaikanNya padaku yang saat itu sangat lemah. Menopong kembali aku agar tidak jatuh. Hingga aku mendapatkan kembali keyakinan pada diri sendiri. Mengisi ulang motivasi diri agar bisa menyelesaikan studi ini dengan baik. 

Akhirnya Tuhan menjawab harapanku untuk tidak menempuh semester 10. Aku bisa menyelesaikan pendidikan meskipun harus menanggung banyak kekecewaan. 

Kumpulan pengalaman kekecewaan itu pun menjelma menjadi momen yang paling membuatku merasa puas. Membuatku merasa bangga pada diri sendiri karena sudah mampu bangkit dari keterpurukan. Aku merasa puas dan berterima kasih pada diri sendiri dan tentunya orang sekitar, khususnya Ibuku, yang dengan setia selalu mendukungku.

Sejatinya dalam setiap kesulitan ada kemudahan. Allah tidak pernah memberikan cobaan diluar kemampuan hambaNya. Setiap masalah juga ada hikmahnya. Dan yakin lah bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan hambaNya. Yakinlah bahwa Dia akan selalu menjawab doa hambaNya, tidak, iya, atau nanti. Sabar lah menunggu jawaban Tuhan. Niscaya akan ditemui kebahagiaan.




Medan.
Utang cerita kemaren dalam #30DaysWritingChallenge

Comments

Popular posts from this blog

Eksotisme Pulau Banyak

Suka Duka Menjadi Asisten Peneliti

Dear Zindagi