Surat Untuk Anakku Di Masa Depan

Tadi Ibu baru selesai membaca salah satu postingan tentang parenting dari seorang psikolog yang Ibu ikuti di sosial media. Ibu suka membaca tulisannya. Ibu suka cara beliau menjelaskan materi parenting yang mudah dimengerti. Ibu memang suka membaca hal yang berhubungan dengan dunia parenting. Hal ini karena kelak Ibu ingin menguasai ilmu ini lebih dalam. Selain bermanfaat untuk menambah pengetahuan juga dapat menjadi bekal Ibu kelak dalam mendidikmu, anak-anakku. Ibu ingin memiliki ilmu parenting yang baik agar kelak Ibu tak menjadikan kamu sebagai media penyombongan diri.

Ibu ingin bercerita, nak. Saat ini sangat banyak orang tua yang menyuruh anaknya ikut kursus ini itu, bukan untuk kepentingan anak. Tapi justru agar si orang tua merasa lebih berkelas dari orang tua lainnya. Banyak orang tua yang menuntut anaknya bisa ini itu bukan semata agar anaknya lebih baik. Tapi karena orang tua tak kuat menahan malu jika anaknya tertinggal dari anak lain. Tak sedikit juga orang tua yang meminta anaknya menguasai segala bidang dalam sekejap tanpa terpikir beratnya perjuangan yang harus dilalui oleh anak. Ibu tak ingin menjadi orang tua seperti itu nak.

Wahai kamu yang kelak jadi anakku. Sebelum kamu benar-benar hadir ke dunia ini, izinkan Ibu untuk lebih banyak belajar. Tujuannya insyaAllah demi kebaikan kamu di masa depan. Sebelum sampai pada masa itu, aku calon Ibumu, ingin mempersiapkan banyak hal. Termasuk mempersiapkan diri untuk bisa menjemput calon ayahmu kelak. Ibu ingin calon ayahmu yang baik akhlak dan lemah lembut tutur katanya, agar kelak bisa memberikan contoh yang baik padamu.

Saat kamu hadir nanti, Ibu ingin mengajarkan banyak hal padamu. Ketika kamu masih balita, Ibu ingin ada disampingmu untuk mengajarkan caranya berjalan. Ibu ingin ada di sampingmu pada masa itu. Ibu tahu, kamu pasti akan banyak terjatuh, jatuh, dan jatuh lagi. Tapi Ibu mohon nak, kamu jangan pernah menyerah untuk terus mencoba. Kamu jangan takut untuk menghadapi kegagalan, karena Ibumu ini akan selalu mendukungmu. Kehidupan saat dewasa nanti lebih sulit, nak. Jika kamu tidak bisa berjuang sejak kecil, Ibu akan menyalahkan diri sendiri saat nanti kamu dewasa menjadi orang yang mudah putus asa.

Lalu kamu akan tumbuh dengan sangat cepat. Menjadi gadis cantikku ataupun menjadi lajang menawanku. Mungkin saat masa itu tiba, kebanyakan anak seusiamu lebih memilih menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Ibu juga tidak akan melarangmu untuk melakukan itu. Maka, sebelum kamu sempat merasakan ketidaknyamanan berada di rumah saat usia remaja, Ibu akan mengajarkan kamu untuk menjiwai rumah kita. Mengajak kamu untuk merasakan arti kebahagiaan yang ada dikeluarga kita.

Ibu ingin sejak dini kamu ikut berdiskusi dengan Ibu dan ayahmu tentang beberapa hal. Termasuk mengenai jadwal kamu bermain dan belajar. Ibu janji tidak akan kejam dengan tidak mengizinkan kamu bermain sama sekali. Ibu juga berharap, Ibu tidak terpengaruh dengan penilaian lingkungan yang menuntut kamu jadi manusia serba bisa. Ibu tidak ingin saat dewasa nanti kamu malah kembali ke masa kanak-kanak. Kamu harus siap-siap, nak. Karena kelak kita akan banyak menyepakati berbagai hal yang berhubungan dengan hidupmu. Kita berdiskusi nak. Bukan memaksamu ikut mau Ibu.

Remajamu telah berlalu. Putih abu-abumu telah usai. Lalu kamu berencana untuk meninggalkan Ibumu. Tak mengapa nak. Jangan pernah ragu atau risau. Ibu tak akan melarangmu. Ibu tak akan mengekangmu jika kelak kamu ingin pergi merantau menuntut ilmu ke tempat yang jauh. Pergi lah nak. Pergi lah menimba ilmu kemana pun kamu suka. Ibu percaya padamu. Kamu pasti bisa menjaga kepercayaan Ibu. Ibu juga yakin, kamu sudah fasih dalam menjaga kepercayaan yang Ibu berikan. Kamu ingat, sejak dulu Ibu selalu memberi amanah untukmu. Itu semua untuk membentukmu jadi pribadi yang jujur. Itu tak lain untuk membuatmu menjadi pribadi yang bisa dipercaya.

Lagipun, Ibu sudah mengenalkan pendidikan pada mu sejak masih dalam kandungan. Tak salah jika kelak kamu menjadi candu untuk terdidik. Lantas, mana mungkin Ibu tega merantai cita-citamu itu, nak. Jangan kamu tanya apakah kelak Ibu tak merindu saat berpisah denganmu. Karena Ibu pasti akan merindumu, nak. Saat nanti Ibu mengantarmu ke bandara, Ibu pasti sedih nak. Tapi Ibu tidak akan menangis di depanmu. Ibu tak ingin kamu jadi lemah dan malah tak bisa berjuang di negeri orang nanti. Jadi, sebisa mungkin akan Ibu tahan air mata itu nak. Demi masa depan kamu. Kamu tenang lah menimba ilmu, Ibu masih punya Ayahmu.

Pembelajaran yang Ibu sebutkan itu belum cukup nak. Ada banyak lagi pembelajaran dalam hidup yang kelak akan Ibu kenalkan padamu. Tapi untuk saat ini, itu dulu lah yang kita bicarakan. Ibu tak ingin memaksamu untuk bisa langsung menerima semuanya. Belajar butuh proses. Ibu tahu itu nak. Seperti halnya Ibu saat ini. Ibu sedang berproses menjadi wanita hebat agar kelak bisa mengajari dan mendidikmu menjadi manusia yang hebat pula. Karena kelak, Ibu bukan hanya sekedar membesarkan kamu nak. Tapi Ibu akan membesarkan seorang calon ayah, calon ibu, calon pemimpin suatu kaum. Jadi Ibu harap kamu bersabar lah menanti. Kelak Ibu dan Ayahmu akan menjemput ke surgaNya.




Medan.

Comments

Popular posts from this blog

Eksotisme Pulau Banyak

Suka Duka Menjadi Asisten Peneliti

Dear Zindagi