Menulis Sebagai Media Katarsis

Hari ini Jumat. Tadi pagi aku mengawali hari dengan berbalas pesan bersama salah satu teman sekaligus seniorku di Yayasan Puleh Aceh, tempatku belajar tentang psikososial dan berbagai resolusi konflik. Setelah itu aku harus menyelesaikan tugas rumah, berhubung sudah masuk jadwal piketku. Lalu aku beristirahat sambil berselancar di dunia maya. Mendengarkan berbagai macam video berbahasa inggris. Mulai dari video motivasi yang ku dapat di akun TEDx, mengikuti berbagai akun native speaker yang membahas tentang berbagai hal seperti fotografi, finansial, dan lainnya, hingga benar-benar belajar bahasa inggris dari akun penyedia bahan ajar bahasa inggris. Itu sudah seperti rutinitas harian bagiku. Biasanya saat malam tiba, sebelum aku mengerjakan tugas tantangan #30DaysWritingChallenge, aku membaca berbagai artikel berbahasa inggris. Tak banyak, cukup dua atau tiga artikel saja. Jika mood sedang bagus, mungkin bisa lebih.

Selain hal yang kusebutkan di atas, sebulan ini aku sedang asyiknya mengikuti tantangan menulis satu tema untuk satu hari. Ini merupakan pengalaman baru bagiku. Meskipun awalnya sempat ragu. Mengingat aku baru beberapa bulan yang lalu belajar blogging. Namun, berhubung aku menyukai tantangan, aku pun memberanikan diri mengambil tantangan itu.

Menurutku, ini salah satu hal yang paling berkesan dalam sebulan terakhir yang aku lalui. Menyenangkan sekali rasanya ketika aku bisa kembali mengeluarkan isi di kepala dalam bentuk tulisan. Ini seperti aku melakukan terapi untuk diri sendiri. Aku menemukan bahwa menulis mampu menjadi media katarsis untukku. Dengan menulis aku lebih bahagia. Menulis dengan sesuka hatiku tanpa ada yang membatasi. Tanpa perlu takut ada yang membacanya atau tidak, karena aku menulis sebagai obat untuk diri sendiri. Jika pun ada yang mendapatkan inspirasi dari tulisanku, maka itu merupakan bonus besar bagiku.

Penelitian psikologi juga banyak yang telah menemukan bahwa menulis mampu membuat emosi kita menjadi lebih stabil. Juga telah dibuktikan menulis memiliki tempat tersendiri dalam metode terapi psikologis. Hal ini sangat jelas membuktikan bahwa menulis memiliki dampak yang positif bagi diri sendiri, dan tidak menutup kemungkinan juga mendatangkan manfaat bagi pembacanya.

Itu lah alasan mengikuti tantangan menulis ini menjadi momen yang berkesan selama sebulan terakhir. Kedepannya aku berharap dapat membuat tulisan yang lebih berarti dan mendatangkan manfaat untukku dan juga pembacaku.

Terima kasih untuk para teteh hebat yang telah menginisiasi tantangan ini. Tanpa kalian, aku akan tetap terjebak di kubangan kata yang tak tersampaikan.



Medan.
Hari ke 28. Aku bakalan rindu tantangan ini.

Comments

Popular posts from this blog

Eksotisme Pulau Banyak

Suka Duka Menjadi Asisten Peneliti

Dear Zindagi