Caraku Menjemput Cinta

Malam ini begitu mencekam. Udara sejuk yang dinginnya menusuk hingga ke tulang. Suara gemericik air berlomba saling menyapa atap rumah. Hujan ini sudah semalaman menyapa. Ku resapi aroma hujan yang bersatu dengan tanah. Sangat khas. Aroma yang entah kenapa selalu membuatku nyaman. Dalam sepi yang menyendiri, aku mencoba berkelana ke masa lalu. Mengingat-ingat potongan memori yang meninggalkan bekas. Memori tentang penyesalan yang mau bagaimanapun tak akan pernah bisa diubah.

Aku menyesal karena telah melakukan perbuatan itu. Sesal ku itu tak ada artinya karena tak kan bisa mengubah keadaan. Menyesal tak karuan karena telah melewati batasan yang diperbolehkan. Batasan yang diciptakan sejak dulu. Batasan yang sebenarnya dibuat untuk melindungi umat manusia. Tetapi dengan sadarnya malah dilanggar. Bahkan dengan bangga berpamer-pameran suatu bentuk pelanggaran itu. 

Ialah pacaran, suatu hal yang paling aku sesali semasa hidupku ini. Bukan karena aku telah memilih lelaki yang salah atau karena aku tak mendapat cinta yang semestinya. Percayalah, saat itu aku tak begitu paham tentang lelaki yang baik dan tak terlalu perduli tentang itu. Di kepala ku ketika itu hanya ingin mencicipi rasanya memiliki pacar. Aku ingin tahu bagaimana keindahan orang dimabuk asmara. Tapi sayangnya, aku melakukan dengan cara yang salah. Cara yang jelas-jelas dilarang oleh Tuhan ku. Barangkali juga dilarang oleh Tuhan mu. 

Menjemput cinta dengan cara yang salah, aku pun ditegur oleh Tuhan ku. Ditunjukkan sisi-sisi pacaran yang selama ini ku lihat sebagai hal indah nan positif. Padahal sejatinya penuh dengan muslihat setan.

Jujur saja, ketika itu aku tidak langsung memahami kemarahan Tuhan. Aku bahkan mengetahuinya ketika sudah bertahun terpisah dari dia, pemilik hati yang lama. Aku tak pernah menyesal karena diberikan kesadaran sedikit terlambat. Setidaknya Tuhan memilih aku dari sekian banyak umat-Nya sebagai umat yang sadar. Benar-benar penyesalan yang luar biasa. 

Hingga akhirnya aku memutuskan untuk menjemput cinta ku dengan cara yang diberkahi oleh Tuhan ku. Jika cara menjemputnya saja sudah salah dan mengundang kemarahan Tuhan, akan sulit rasanya menikmati keindahan di masa depan bersama si dia. Semoga Tuhan segera memberi kasihnya untuk pejuang lain yang masih berkelana.



Medan, 21 November 2017
Sembari berkhayal tentang penyesalan masa lalu.

Comments

Popular posts from this blog

Eksotisme Pulau Banyak

Dear Zindagi

Suka Duka Menjadi Asisten Peneliti