Perpisahan dan Ketakutan

Cuaca malam ini dingin meski tidak bersatu dengan hujan. Jalanan terlihat sepi dari kendaraan yang berseliweran. Sekali dua kali terdengar juga bunyi klakson. Untungnya tidak membuat telinga berdengung seperti sore hari yang sesak dengan kendaraan. Belum lagi sesak nafas karena asap tersebut. Ditambah lagi dengan sesak pikiran yang berangan punya kantong doraemon dan mengeluarkan pintu ajaib agar segera tiba di rumah. Ahh rasanya aku tidak ingin berjumpa sore, sama halnya dengan pagi, mengingat jalanan yang selalu mencekam. 

Kita lupakan sejenak pagi dan sore yang aneh itu. Tadi aku bercerita malam. Baru sadar, cerita sebelumnya juga dibuka dengan kisah malam. Maka izinkan aku bercerita tentang ketakutan. Malam dan ketakutan. Mungkin dua hal yang cocok jika dikawinkan. Tahu sendiri kan, banyak orang-orang menjadi semakin takut ketika berjumpa malam. Malam ini aku diminta bercerita tentang hal yang membuat ku takut. Aku akan bercerita dengan penuh rasa, berharap cerita ini sampai pada mu.

Perpisahan. Satu hal yang aku takuti. Selain Tuhanku, perpisahan menjadi hal yang paling aku takutkan. Rasanya aku tidak ingin bertemu dengan perpisahan. Bagaimanapun bentuknya, perpisahan tetap membuat hati teriris. Bagiku ada dua jenis perpisahan. Perpisahan untuk selamanya dan perpisahan (terkadang) sementara. Aku sendiri sudah merasakan dua hal itu.

Perpisahan selamanya terjadi pada ku dengan salah satu orang yang sangat berpengaruh bagiku. Tanpa dia, aku tak akan pernah ada. Perpisahan yang terjadi ketika aku belum begitu paham makna perpisahan itu sendiri. Terjadi ketika aku sedang butuh-butuhnya dengan dia. Perpisahan ini merupakan perpisahan selamanya yang pertama kali terjadi padaku. Diusia yang belum genap 11 tahun, aku diberi Tuhan cobaan dengan memisahkan aku dan orang tersayang, Papa. Jangan kamu tanya sakitnya aku. Fisik dan jiwa, kala itu sempat merana. Meronta dalam malam yang sepi. Meratapi nasib berteman dengan sunyi.

Aku takut berpisah. Aku takut perpisahan. Aku takut mendengar kata 'pisah'. Sepertinya kalimat itu sama saja. Iya, untuk memberi tahu padamu kalau aku benar-benar takut dengan perpisahan.

Perpisahan sementara. Bagiku, arti frasa ini sedikit membingungkan. Katanya saja sementara, padahal tidak tahu dengan pasti kapan bisa bertemu lagi. Sebutannya saja sementara, namun dapat juga berakhir menjadi selamanya. Mungkin tidak seperti cerita di atas. Hanya saja sepertinya sakitnya juga tak jauh berbeda. Mungkin kata "sementara" hanya untuk menyenangkan hati antar orang yang berpisah. "Kita berpisah hanya untuk sementara. Kelak kita akan bertemu lagi dalam kesuksesan"... Kamu pasti pernah mendengarnya kan? Atau kamu menjadi salah satu tersangka yang mengucapkannya? Bagaimana? Apa kamu sudah menemukan arti sementara itu? Bahkan kata kesuksesan pun kita punya persepsi yang berbeda-beda. Lalu bagaimana kita bisa menentukan waktu untuk dapat mengakhiri perpisahan sementara itu? Lihat kan? Sementara bisa menjelma menjadi selamanya. Itu juga lah yang membuatku takut.

Aku takut berpisah. Karena hal itu membuatku tidak bisa bertemu lagi dengan mereka yang aku sayangi. Meskipun antara kami pernah terucap bahwa perpisahan itu hanya sementara. Tapi lagi dan lagi, hal itu tidak ada yang menjamin. Permainan takdir memang membingungkan. Ketika aku menangis sejadinya diperjalanan Banda Aceh - Medan  setelah mengucapkan selamat tinggal karena berpisah dengan para sahabatku dan tak tahu kapan bisa berjumpa lagi, beberapa bulan kemudian Tuhanku mempertemukan kami. Pertemuan yang tak pernah kurencanakan terjadi dengan jalan cerita ciptaan Tuhan tersebut. Maksudku, aku tak menyangka akan secepat itu bertemu lagi dengan mereka, orang-orang yang mampu membuat ku kesal dan senang dalam waktu bersamaan. 

Setakutnya aku dengan perpisahan. Aku menyadari bahwa perpisahan pasti terjadi. Kamu juga tahu kan pepatah lama yang mengatakan "Bertemu Pasti Berpisah". Setelah mengalami takdir Tuhan tentang perpisahan dan pertemuan dengan sahabatku, lalu aku menyadari untuk "tidak pernah mengucapkan selamat tinggal sama siapapun". Tanpa disadari, perpisahan selalu hilir mudik dalam kehidupan kita. Bahkan mungkin hampir setiap hari kita mengalami perpisahan. Tapi, ada perpisahan yang tidak terlalu kita anggap dan ada perpisahan yang sampai membuat kita stress.

Apa pun bentuk perpisahannya, yakinlah Tuhan punya rencana yang lebih indah. Cuma Tuhan yang tahu kenapa aku dan kamu, aku dan kita, aku dan mereka, dipisahkan oleh Nya. 



Medan.
Masih dengan sabar menunggu jawaban Tuhan tentang perpisahan kita, siapa pun kamu.

Comments

Popular posts from this blog

Eksotisme Pulau Banyak

Dear Zindagi

Suka Duka Menjadi Asisten Peneliti