The Worst and The Good One

Kemarin, saat sedang asyik menyelam dalam tumpukan kata berbahasa asing, tiba-tiba aku dapat panggilan khusus. Akhirnya aku mengeringkan diri dari kebahasan tumpukan kata itu. Ceritanya kemarin aku ada acara keluarga. Akhirnya aku tidak punya cukup waktu untuk merasuk lebih jauh ke dalam jiwa demi menghasilkan sebuah tulisan. Tulisan wajib yang sebenarnya harus aku buat setiap harinya sesuai tema. Maafkan keterlambatan ku ini.
Ya sudah, tanpa perlu berbabibu panjang lebar, aku mulai saja cerita ku kali ini yaitu tentang pencapaian terbesar dan terburuk yang ku alami tahun lalu. Ahh, tema ini membuka luka lama bagi ku. Membaca temanya saja sudah membuka luka lama. Menulisnya seperti menaruh garam di atas luka itu. Periiihh *agak lebay*.

Bicara tentang pencapaian, sebelumnya aku ingin tahu pendapat pembaca semua. Kira-kira kata terbaik dan terburuk yang selama ini kamu jadikan patokan itu apakah kamu sendiri yang menciptakannya atau malah berdasarkan pendapat orang lain?Misalnya ni, menikah usia 23 tahun adalah waktu ideal yang harus dilaksanakan oleh semua orang dan jika bisa mencapainya maka kamu berhasil. Tapi kemudian kamu menikah di usia lebih dari itu. Apakah kamu menganggap kamu tidak berhasil? Atau yang lebih buruk, kamu menganggap itu kegagalan terburuk? Silakan jawab masing-masing yaaa.

Oke. Aku sendiri juga punya pencapaian terbaik dan terburuk di tahun lalu. Menurutku pencapaian terbaik itu adalah ketika aku mampu menghasilkan uang dengan usaha ku sendiri untuk pertama kalinya dengan bilangan yang tidak sedikit dan hari kerja yang minimal. Ini juga aku dapetkan sudah sangat mendekati akhir tahun. Rasanya sangat bahagia saat mengetahui bisa mengumpulkan pundi uang untuk pertama kalinya berbekal ilmu yang didapat selama duduk di bangku perkuliahan.

Jadi ceritanya waktu itu kampus aku dapat proyekan sebagai penyedia jasa tes psikologi untuk salah satu perusahaan besar yang ada di Aceh yang sedang melaksanakan rekrutmen calon pekerja. Pesertanya ribuan orang. Dengan peserta yang sebegitu banyaknya tentu dibutuhkan tenaga yang tak kalah banyak juga. Waktu pertama kali dapat kabar ini, tanpa pikir panjang, aku langsung mendaftarkan diri sebagai tenaga lepas. Pengalaman ini memang aku tunggu sejak lama. Dan akhirnya aku bisa merasakan sensasinya yang luar biasa. Bekerja cepat dan dituntut ketelitian yang ekstra. Bayangin aja, kalau aku salah sedikit bisa merusak masa depan orang. *sadaaappp haha*.. Ehh tapi ini beneran gak bohong. Aku harus ekstra cermat dan teliti dalam memeriksa hasil tes calon orang sukses tersebut. Kamu pernah merasakan jadi peserta tes psikologis? Gimana? Sulit kan mengerjakannya? Jangan salah, memeriksa tes itu jauuuuhh lebih sulit. Yaa karena aku masih newbie, jadi waktu itu kepala aku sampe puyeng dan bosan melihat tumpukan kertas yang itu-itu melulu dilihat. Padahal kerjanya cuma 3 hari lo. Bayangin aja kalau sampe berhari-hari. Tapi Alhamdulillah, itu benar-benar pencapaian yang luar biasa yang bisa aku dapatkan.

Ada hitam ada putih. Ada baik ada buruk. Ada cantik kayak aku ada tampan kayak kamu *ehhh. 
Begitu juga ada pencapaian ada juga kegagalan. Tak terkecuali dengan aku. Kegagalan tahun lalu itu paling membuat aku patah hati sepatah-patahnya, bahkan lebih sakit dari pada putus cinta. Yaitu ketika aku gagal untuk menyelesaikan kuliah tepat waktu. 4 tahun. Aku gagal menyelesaikannya selama 4 tahun. Ternyata Tuhan merasa aku belum cukup pengalaman untuk hengkang dari kampus tepat waktu. Banyak faktor yang membuat aku gagal mencapai salah satu hal yang menjadi cita-cita ku itu. Tak bisa menyalahkan siapa-siapa. Yang pasti semua pihak turut memberi sumbangan untuk kegagalan itu. Ahh kan jadi membuka luka lama hikss...

Itu kira-kira gambaran singkat tentang kegagalan dan pencapaian terbesar yang aku alami tahun 2016. Sebenarnya dalam hidup ini, kita pasti tidak lepas dengan dua hal di atas. Akan selalu ada pencapaian yang bisa didapatkan, juga akan selalu berdampingan dengan kegagalan. Aku rasa, aku sering gagal dalam beberapa hal. Katanya masing-masing dari kita punya jatah gagal dalam hidup. Jadi habiskan kegagalan itu selagi muda. Saat tua, kita tinggal memetik keberhasilan lainnya.

Tidak masalah jika kita harus dihadapkan dalam rentetan kegagalan. Tapi akan sangat masalah jika kita membiarkan diri terpuruk dalam lingkar kegagalan itu. Percayalah, kegagalan demi kegagalan yang telah dialami secara alami akan membentuk pribadi kita menjadi lebih kuat seiring berjalannya waktu. Tentu saja kamu harus punya cara dan strategi yang tepat untuk bisa merasakan itu.

Tetapi jika kamu adalah orang yang dengan mudah mencapai keberhasilan dan hampir tidak pernah merasakan kegagalan. Jangan jumuwa. Harus tetap rendah hati. Agar kelak, jika suatu saat kamu gagal tidak mengalami syok batin. Semoga dengan begitu kita selalu siap untuk dihadapkan pada kegagalan begitu juga keberhasilan. Lagian, bukankah Allah tidak pernah sembarangan memberikan ujian untuk hamba-Nya?

Ahh tak terasa tulisan ini sudah menyedot waktu ku selama hampir 2 jam yang membuat jari jempol ku sudah sedikit kaku. Aku sudahi saja cerita ini. Semoga semakin banyak pencapaian yang bisa kita ukir. Dan tidak akan pernah menyerah pada kegagalan yang kebetulan mampir. Untuk kegagalan dan keberhasilan itu buat lah berdasarkan penilaian pribadi. Bukan embel-embel sosial yang tak jarang membebani hati.

Buat kamu di sana, jangan lupa bahagia. Bye!

Comments

Popular posts from this blog

Eksotisme Pulau Banyak

Dear Zindagi

Suka Duka Menjadi Asisten Peneliti